Teddy Bear
Senin, 02 September 2013
Pengalaman ke Bromo
Pukul 03.30
kami berangkat . Setelah sekian lama
perjalanan, akhirnya saya sampai . dan pada saat disana “Apakah saya harus kalah
oleh sesak nafas begini saja “ ? tentu saja tidak,terima kasih. Dengan langkah
sedikit-demi sedikit dan dibuat senyum oleh tingkah seorang turis dari india
akhirnya saya sampai di puncaak…holaaaaaaaaaa!!!!
Tempat
berkumpul untuk menyaksikan sunset sudah dipenuhi turis bule dan lokal, tentu
saja turis india yang sejak dari bawah terus meracau…selamat pagi Indonesia!!
Atau menyemangati orang-orang “come on..come on..keep walking guys!”.
Sunrise
tidak terlalu sukses pagi ini, mentarinya malu-malu dan berpencar. Sedikit
kecewa tetapi tetan tidak mengurangi keindahan puncak gunung batok yang
diselimuti awan di bawahnya..subhanallah..saya seperi berada di kahyangan
saja.sementara asap dari bromonya mengepul, gunung batok bersemayam angkuh di
tempatnya dan hanya di kelilingin kabut adan awan tipis di sekitarnya. SUMPAH!
Inilah pemandangan paling eksotik, mirip dengan gambar-gambar yang lihat sejak
kecil.
Saya tidak
mau beranjak, sambil menikmati segelas milo hangat, menyaksikan bule india yang
tengah bicara dengan pengunjung lokal.
Usai turun
gunung,kami melanjutkan dengan jeep menuju lautan pasir. Saya membayangkan
seperti adegan pasir berbsisknya dian sastro well tetapi karena semalam turun
hujan, rasanya apa yang ada di bayangan saya berbeda jauh sekali. Turun dari
jeep saya makin dibikin kagum, gunung batok tepat didepan saya menjulang
angkuh.beberapa pemilik kuda menawarkan untuk mengantar sampai kaldera. Tetapi
kami hanya ingin menikmati yang ada, kami memutuskan berjalan 2 km melintasi
lautan pasir dan terkagum-kagum dengan pure yang berdiri tak jauh dari kaldera mistis
dan fantastis.
Kaki saya
mulai protes karena kelelahan, jalan yang harus ditempuh masih jauh, tetapi
saya terus melangkah pelan-pelan, ini momen berharga dan saya tak mau
melewatkannya.Saya sampai di tangga curam menuju kaldera. Inilah tangga paling
tinggi yang pernah saya temui, menuju kaldera, licin dan dipenuhi pasir basah
membuat saya harus ekstra hati-hati agar tidak terperosok.
Sesampainya
d pinggir kaldera, saya makin dibikin kagum oleh CiptaanNya. Uap yang mengepul
di bawah kaki saya, dahsyat dan mengerikan, jadi beginilah rupa gunung yang
erupsi beberapa waktu lalu itu. Saya berdiri di titian jalan yang kecil,
sebelah saya adalah kawah dan sebalah lainnya bukit pasir yang menurun, salah
melangkah saja entah bagaimana saya. Tapi rupanya kawan saya rama mau mebuat
pengalaman bagi dirinya sendiri, ia tidak mau turunm lewat tangga seperti orang
lain, ia ingin menuruni lewat bukit pasir tersebut, niat yang mengagumkan.
Ketika ia bersiap menuruni bukit, saya hanya bias melihat saja, pelan tapi
pasti akhirnya ia sukses turun sampai bawah. Dan seoran turis rupanya maengikuti
langkahnya.
Turun
menuruni tangga yang sama.Saya puas.menikmati pemandangan yang ada. Saya
memutuskan turun dan kembali ke jeep. Kalau boleh jujur betis sudah mengajukan
protes untuk istirahat, beberapa pemilik kuda menawarkan jasanya kembali,
setelah berdebat dengan rama akhirnya tercapai harga yang sepakat.kami menyewa
kuda masing-masing.
Baiklah,
saya bohong kalau bilang baik-baik saja. Tidak! Saya ketakutan setengah mati.
Ini kuda lebih besar dari saya bagaimana jika saya terjatuh, setidaknya akan
ada tulang saya yang patah ( efek kebanyakan baca buku). Saya berteriak
ketakutan ketika kudanya mulai sableng…tetapi teman saya terus meyuruh saya
naik kuda tersebut, sayang udah dibayar, katanya. Sompret!!! Ini nyawa bung!
Kok ya disamain dengan duit 20 ribu.
Tetapi
pemilik kuda juga terus menyemangati saya agr melanjutkan (yeaaahh,,secara..)
baiklah, saya mencoba reflek dan rileks (tapi bohong
hehehe).alhamdulilaaaaaahh…Cuma itu yang bias saya sebut sewaktu sam[pai di
jeep dan turun dengan susah payah dari punggung kuda.
Langganan:
Postingan (Atom)